MGt6NGZ6MaVaMqZcMaV6Mat4N6MkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE101

Nana Sastrawan di Komunitas Sastra Reboan


Pada Tanggal 28 Februari 2018, Warung Apresiasi Bulungan yang terletak di samping Gor Bulungan kawasan Blok M ini mulai dipadati oleh para penyuka seni dan sastra. Para penyair, penulis, dramawan, dan wartawan sudah kongkow dari pukul 7 malam. Sastra Reboan, sudah tidak asing lagi di telinga kita semua, khususnya para penyuka literasi. Komunitas ini sudah berdiri sejak lama dan selalu ramai dikunjungi oleh sastrawan, penyair, dramawan dan penulis, meskipun sekadar minum kopi bersama.
Nana Sastrawan sedang membaca puisi
Nana Sastrawan diundang ke komunitas sastra reboan untuk membaca puisi, tema yang diusung kali ini adalah Cinta Penuh Sastra, mungkin karena bertepatan dengan bulan Februari yang memiliki mitos cinta dan nuansa yang romantis. Tentu saja, Nana Sastrawan sangat senang mendapatkan undangan tersebut. Dia seolah kembali ke masa lalu, mencumbui kenangan di tahun 2006-2011 ketika Nana Sastrawan belajar menulis, bergaul dengan para penyair dan penulis di sastra Reboan.

“Kalau dulu saya berada di atas panggung sastra reboan ini memohon kepada MC untuk baca puisi, sekarang malah diundang untuk baca puisi. Haha,” ucapnya sambil bercanda.

Penonton yang hadir ikut terbawa nuansa kenangan yang dihadirkan oleh Nana Sastrawan, beberapa yang baru hadir mulai merasakan kesemarakan sastra pada tahun-tahun itu, apalagi Nana Sastrawan menceritakan bahwa beberapa tokoh penting sastra Indonesia juga pernah hadir di komunitas sastra reboan. Seperti Sutardji Calzoum Bachri, WS Rendra dan lainnya, pada masa-masa itu, tidak ada jarak antara yang masih belajar menulis karya sastra dengan para paus sastra. Suasana yang tercipta sangat harmonis, damai dan sederhana.

Pada kesempatan itu Nana Sastrawan tidak ingin menyia-nyiakan dirinya yang semakin larut dalam kenangan sastra reboan. Dia tampil dengan membaca puisi Tapi karya Sutardji Calzoum Bachri dan Serenada Hitam karya WS Rendra. Semua yang hadir merasakan energi pembacaan Nana Sastrawan yang dulu pernah ada di panggung sastra reboan. Apalagi, sudah hampir 5 tahun dia tidak muncul di komunitas sastra reboan, kabarnya sedang sibuk menyusun buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia edisi revisi, buku yang menyusun lebih dari 1000 penyair Indonesia di seluruh pelosok di tanah air bersama Yayasan Hari Puisi Indonesia.

Usai membaca puisi, Nana Sastrawan turun panggung dengan tepukan yang sangat meriah. Kemudian para mahasiswa dari Politeknik Negeri yang sedang belajar jadi Jurnalis menyerbunya untuk diwawancarai. Begitulah malam yang sangat mengharukan, malam yang membuka lembaran-lembaran masa lalu dari seorang Nana Sastrawan. Lelaki kurus yang masih ingin menulis hingga ke liang lahat. Salam Literasi!

Share This Article :
Nana Sastrawan

Nana Sastrawan adalah nama pena dari Nana Supriyana, S.Pd tinggal di Tangerang, lahir 27 Juli di Kuningan, Jawa Barat. Menulis sejak sekolah menengah pertama, beberapa karyanya banyak dimuat di berbagai media, tulisan skenarionya telah dan sedang difilmkan. Ia senang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan kebudayaan di Indonesia. Dia juga sering terlihat hadir di berbagai kegiatan komunitas seni dan sastra Internasional, kerap dijumpai juga tengah membaca puisi, pentas teater dan sebagai pembicara seminar. Laki-laki yang berprofesi sebagai pendidik di sekolah swasta ini pernah menjadi peserta MASTERA CERPEN (Majelis Sastra Asia Tenggara) dari Indonesia bersama para penulis dari Malaysia, Brunei, Singapura. Dia juga menerima penghargaan Acarya Sastra IV dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Karya sastranya berupa buku kumpulan puisi adalah Tergantung Di Langit (2006), Nitisara (2008), Kitab Hujan (2010). Beberapa karya sastranya berupa puisi dan cerpen tergabung dalam Menggenggam Cahaya (2009), G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), Penyair Tali Pancing (2010), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kado Sang Terdakwa (2011), Gadis Dalam Cermin (2012), Rindu Ayah (2013), Rindu Ibu (2013). Dan beberapa novelnya adalah Anonymous (2012). Cinta Bukan Permainan (2013). Cinta itu Kamu (2013). Love on the Sky (2013). Kerajaan Hati (2014). Kekasih Impian (2014). Cinta di Usia Muda (2014). Kumpulan Cerpennya, ilusi-delusi (2014), Jari Manis dan Gaun Pengantin di Hari Minggu (2016), Chicken Noodle for Students (2017). Tahun 2017 dan 2018 tiga bukunya terpilih sebagai buku bacaan pendamping kurikulum di SD dan SMA/SMK dari kemendikbud yaitu berjudul, Telolet, Aku Ingin Sekolah dan Kids Zaman Now. Dia bisa di sapa di pos-el, nitisara_puisi@yahoo.com. Dan di akun medsos pribadinya dengan nama Nana Sastrawan. Atau di situs www.nanasastrawan.com. Karya lainnya seperti film-film pendek dapat ditonton di www.youtube.com.

5871077136017177893