Pada
hari rabu, 15 November 2018. Nana Sastrawan diundang oleh Universitas Pakuan
Bogor yang tengah menyelenggarakan Seminar International di kampusnya. Pada
malam kamis itu, Universitas Pakuan mengadakan acara ‘Gala Dinner’ untuk para
pembicara kegiatan tersebut. Para pembicara seminar itu datang dari berbagai
wilayah di dunia, seperti Vietnam, Iran, Perancis, Italia, Portugal, Malaysia,
Brunei dan lain-lain. Seminar International itu mengusung tema tentang pengaruh
sastra dan kebudayaan di era digital pada generasi sekarang, tentu saja Nana
Sastrawan tidak menolak atas undangan itu. Ya, seperti pada marwahnya, Nana
Sastrawan tampil membacakan puisi di hadapan tamu para undangan yang kegiatan
tersebut diadakan di Balai Kota Bogor, hadiah dari Wali Kota Bogor untuk
menyambut para tamu yang datang ke kotanya.
Pada
kesempatan tersebut, Nana Sastrawan membacakan puisi ‘Jumpa Tuhan’ karya Maman
S Mahayana, seorang pengajar bahasa di FIB UI.
Aku
jumpa tuhan di Seoul
di antara daun-daun yang jatuh menyambut musim gugur
di belantara mekar mawar sepanjang musim
dan pergantian cuaca yang mewartakan tanda-tanda
aku
menemukan tuhan
di antara putih selangkangan
dalam derap suara kencang dan derai anak-anak muda
yang mengepit buku, ponsel, dan mimpi masa depan
aku
melihat tuhan
memancar dari mata balita
yang terbenam di keranjang bayi
di antara dua sejoli
yang berjalan-jalan di taman kota
lalu berjanji menegakkan masa depan perkawinan
sampai kematian memberi jarak tak terjamah
lalu berlabuh di pekuburan
Ada
tuhan tergeletak di pojok bus kota
bersama kursi roda sosok lansia
dan tenggang rasa para penumpang
sopir yang mengawal aturan:
yang menabukan kecelakaan
dunia kiamat bagi pembawa kematian
dan hidup adalah kegelapan sempurna
ada
tuhan berdiri di depan bangku kereta
yang dibiarkan kosong
dalam gerbong padat penumpang
sebelum datang
ibu hamil, manula, dan tunadaksa
ada
tuhan terkulai di kursi mesin
perempuan lumpuh
menunggu subway
tangannya sibuk mengirim pesan kakao
talk
sambil mendengarkan musik lewat headset.
tuhan
sembunyi
di tengah gelak tawa dan gelas soju
dalam lembaran undang-undang
perempuan pelayan
memanggil taksi untuk pemabuk berat
kartu kredit, tas, dan dompet yang dibiarkan
atau diserahkan
jangan tergoda
celaka sepanjang usia
tuhan pulang dengan tangan hampa
tuhan
bergerak memasuki layanan publik dan kantor pemerintahan
mencatat aparat yang berlomba menjaga norma
aku menyapa malaikat: pulanglah
tuhan lesap dalam sanksi sosial suara rakyat
aku
menemukan tuhan
dalam kerumunan orang-orang tak beragama
dalam senyap suara takbir iedul adha.
Seoul, 6 November 2011
Seluruh
yang hadir terpukau akan menampilan Nana Sastrawan, pria kurus dan senang
menulis ini memiliki cara khas dalam membacakan puisi sehingga sering diundang
dalam ajang Nasional maupun Internasional.
Nana Sastrawan adalah nama pena dari Nana Supriyana, S.Pd tinggal di Tangerang, lahir 27 Juli di Kuningan, Jawa Barat. Menulis sejak sekolah menengah pertama, beberapa karyanya banyak dimuat di berbagai media, tulisan skenarionya telah dan sedang difilmkan. Ia senang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan kebudayaan di Indonesia. Dia juga sering terlihat hadir di berbagai kegiatan komunitas seni dan sastra Internasional, kerap dijumpai juga tengah membaca puisi, pentas teater dan sebagai pembicara seminar. Laki-laki yang berprofesi sebagai pendidik di sekolah swasta ini pernah menjadi peserta MASTERA CERPEN (Majelis Sastra Asia Tenggara) dari Indonesia bersama para penulis dari Malaysia, Brunei, Singapura. Dia juga menerima penghargaan Acarya Sastra IV dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Karya sastranya berupa buku kumpulan puisi adalah Tergantung Di Langit (2006), Nitisara (2008), Kitab Hujan (2010). Beberapa karya sastranya berupa puisi dan cerpen tergabung dalam Menggenggam Cahaya (2009), G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), Penyair Tali Pancing (2010), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kado Sang Terdakwa (2011), Gadis Dalam Cermin (2012), Rindu Ayah (2013), Rindu Ibu (2013). Dan beberapa novelnya adalah Anonymous (2012). Cinta Bukan Permainan (2013). Cinta itu Kamu (2013). Love on the Sky (2013). Kerajaan Hati (2014). Kekasih Impian (2014). Cinta di Usia Muda (2014). Kumpulan Cerpennya, ilusi-delusi (2014), Jari Manis dan Gaun Pengantin di Hari Minggu (2016), Chicken Noodle for Students (2017). Tahun 2017 dan 2018 tiga bukunya terpilih sebagai buku bacaan pendamping kurikulum di SD dan SMA/SMK dari kemendikbud yaitu berjudul, Telolet, Aku Ingin Sekolah dan Kids Zaman Now. Dia bisa di sapa di pos-el, nitisara_puisi@yahoo.com. Dan di akun medsos pribadinya dengan nama Nana Sastrawan. Atau di situs www.nanasastrawan.com. Karya lainnya seperti film-film pendek dapat ditonton di www.youtube.com.
comment 0 komentar
more_vert