1.
Gerimis sunyi membuka halamanhalaman
di dadaku
meresap senyap
temani rumput sepi yang di nyanyikan angin
halaman membawakan cerita tentang siapa
yang sedang di baca
siapa yang sedang menulis
dan siapa?
sgala terbaca dalam nadiku
dari detak detik yang mengeja katakata
berjatuhan di halaman
yang kalian kira sebuah perjalanan
adalah tanah kosong tak berumput
hanya debudebu menari memuja panas dalam kobaran
lampu dunia
sesekali
puyuh meriuh, berputarputar membentuk
salam kepada yang diam
yang kalian kira sebuah penjara
adalah tanah kering, terjal bebatuan sangat menusuk,
hati,duri-duri dari permata bahkan syair-syair
yang terhenig,yang mengongkang senjata di ujung
kepala
DOR
2.
Ada sisa air mata di kertaskertas mimpi
entah siapa ?
yang pasti baunya seperti wangi parfum dari
bunga melati
dalam diam ia berjalan meniti lukisanlukisan
sebuah tangan mencengkram tangkan
namun awan itu berwajah padam, akan menangis ?
entah siapa ?
yang pasti sisa yang tersisa,mengambang di kelopak mata
air mataku ?
seperti gerimis sunyi yang membuka halamanhalaman dadaku
menggerang di pojok kenangan
entah siapa ?
aku menebak
kata-kata aneh kubaca yang menangis
sembunyi-sembunyi ia kumpulkan air mata
lalu basuhkan lukanya
ya, luka yang aneh pula
serupa daundaun hijau yang robek, dimakan ulat
ya,ulat yang aneh pula
seminggu yang lalu aku berjumpa di tepi sungai diatas
rumput liar
ia hendak terjun bebas ke aliran sungai
katanya,ingin pulang ke negrinya di
sebrang lautan
negri yang penuh dengan akarakar kata
padahal aku miliki segudang katakata di negriku
negeri yang aneh
3.
coretan dinding
aku melihat coretan dinding di halaman
seperti pelangi? TIDAK
mereka dari garisgaris nasib, keangkuhan
kebohongan serta jiwajiwa telanjang
wajah yang terluka oleh mimpi yang memelas di bawah dian tiga warna di persimpangan
kurus, coretan dinding yang kering pembenaran
tak layak pandang
namun ribuan mata berkerumun mempertuhankan
yang rusak dan semerawut
waktu itu gerimis dari kacajendela berlantai
air mata
sgala terbaca dalam nadiku
dari detakdetak yang mengeja kata-kata
berjatuhan di halaman
4.
aku membaca tangan
yang sedang mengikat jarinya sendiri dengan
bayangan
tangan itu ingin memelukku, memeluk tubuh yang
bau hangus, setelah minum anggur dari
cawancawan berisikan mawar
seketika tangan itu menyerang
lalu menjelma kapakkapak, menghancurkan
lasolaso yang mengikat jari dengan bayangan
kapakkapak itu menyerang aku
ya, aku yang sedang membaca tangan
tangan yang menjelma kapakkapak
kapakkapak yang menyerang aku
ku tutup halaman dengan wajahku
bau amis darah menyengat hidung
kematian, aku mencium
sejuta kematian
yang baru saja di tinggalkan keranda
aku ingin tidur, tak sanggup ku mencium
tubuhtubuh kedingindn di bawah nisan
mereka menjerit
kembalikan kapak kami
kembalikan kapak kami
kembalikan kapak kami
biarkan kami menjadi tangan
dan mengikat jari dengan bayangan
kami bukan penghancur, jadikan kami
pengikat jalan kami agar pemisahan terjadi
kembalikan kapak kami
aku ingin tidur
5.
Gerimis sunyi
mendekap matamata yang menyala
mengawasi gerakgerik airmata
genggam
genggam
genggam
lalu diam
diam berteduh di bawah gerimis sunyi
di bawah bayangan lumpur
lumpur dari tubuh yang lebur
lebur oleh matamata yang menyala
yang mengawasi gerakgerik airmata
dan menggenggam halaman dengan diam
halaman sedang membaca
baitbait kehidupan dari kematian
mempersoalkan tanda tanya yang memancing
di tengahtengah rahim kata
lalu berucap tandaseru bagi sang
pembaca
pembaca mata
dada
dan syahwat
Puisi ini dibawakan di acara Kedailalang 14 November 2009. Kolaborasi Nana S dan Teater Nusantara, sutradara Ayak MH.
comment 0 komentar
more_vert