MGt6NGZ6MaVaMqZcMaV6Mat4N6MkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE101

SANDIWARA HUJAN



Hujan yang meletakan payung, mantel, sepatu berteduh di sebuah pohon matanya memandang tiang listrik, jembatan, aspal dan kendaraan dengan suara bising

“mataku mulai berair dan merah karena matahari sedang membuat lubang di langit hingga cahayanya tak terasa gaib”

Sementara air terus naik ke permukaan menutup jalanan yang dipenuhi pedagang kaki lima

“wahai hujan, untuk apa kau berteduh di pohon itu? pohon itu sudah tua dan akan tumbang tertiup angin, menyingkirlah!

Yang aku pikirkan bukan angin atau badai menumbangkan pohon ini, akan tetapi suara bising kendaraan, tiang listrik, sepatu, mantel dan payung yang merobohkannya.

Angin bermain di daundaun hijau
menari seperti burung gereja di pinggir kota
ranting – ranting berdenyit memanggil hati nurani
untuk kami yang hilang tak berarti
oh, pohon jalan kenapa hijrah dari hutan
mengapa membawa kicau burung di tengah kebisingan
mengapa rindang di bawah jembatanjembatan
dan mengapa angin masih saja bertiup sahaja
ataukah angin ini yang menjemputmu lagi?
kembali ke hutan dengan sunyi dan ketenangan

Seorang lelaki muda turut berteduh bersama hujan, badannya luntur akibat terdiam dalam gedung, mall, hotel dan rumah batu

“kau hujan, asalmu dari laut, langit dan bumi. Mengapa disini? Dalam kota yang tak berhati?”

“aku ingin menjadi keluarga manusia”

"pulanglah!, manusia sudah tak memiliki keluarga. Jangankan hutan, badai, gelombang, guntur, musim, manusia itu sendiri pun sudah tak diakui”

Sementara itu lelaki muda menggoda petir yang keluar dari mata hujan setelah mendengar ucapan itu.

Aku telah menyimpan sungai dalam kepalaku
ku siram hutan gundul bekas tambang dan ilegal logging
membawa peradaban baru bagi suku – suku yang terampas
menumpahkan kebun binatang dalam jantung – jantung hutan
hanya untuk kedamaian bukan fatamorgana
disini, di kota yang tua dan rapuh
aku menjerit melempar undang – undang berupa banjir dan longsor
ke wajah yang menjadi topeng dan cermin
hanya untuk memenjarakan para pemburu
bukan fatamorgana

oh, tuhan jangan ciptakan aku lagi
biarkan manusia menderita kekeringan seumur hidupnya.

Hujan jatuh terkulai di bawah pohon jalan teriring pohon tumbang tertimpa tiang listrik, pedagang kaki lima, lelaki muda dan asap kendaraan.
Share This Article :
Nana Sastrawan

Nana Sastrawan adalah nama pena dari Nana Supriyana, S.Pd tinggal di Tangerang, lahir 27 Juli di Kuningan, Jawa Barat. Menulis sejak sekolah menengah pertama, beberapa karyanya banyak dimuat di berbagai media, tulisan skenarionya telah dan sedang difilmkan. Ia senang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan kebudayaan di Indonesia. Dia juga sering terlihat hadir di berbagai kegiatan komunitas seni dan sastra Internasional, kerap dijumpai juga tengah membaca puisi, pentas teater dan sebagai pembicara seminar. Laki-laki yang berprofesi sebagai pendidik di sekolah swasta ini pernah menjadi peserta MASTERA CERPEN (Majelis Sastra Asia Tenggara) dari Indonesia bersama para penulis dari Malaysia, Brunei, Singapura. Dia juga menerima penghargaan Acarya Sastra IV dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Karya sastranya berupa buku kumpulan puisi adalah Tergantung Di Langit (2006), Nitisara (2008), Kitab Hujan (2010). Beberapa karya sastranya berupa puisi dan cerpen tergabung dalam Menggenggam Cahaya (2009), G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), Penyair Tali Pancing (2010), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kado Sang Terdakwa (2011), Gadis Dalam Cermin (2012), Rindu Ayah (2013), Rindu Ibu (2013). Dan beberapa novelnya adalah Anonymous (2012). Cinta Bukan Permainan (2013). Cinta itu Kamu (2013). Love on the Sky (2013). Kerajaan Hati (2014). Kekasih Impian (2014). Cinta di Usia Muda (2014). Kumpulan Cerpennya, ilusi-delusi (2014), Jari Manis dan Gaun Pengantin di Hari Minggu (2016), Chicken Noodle for Students (2017). Tahun 2017 dan 2018 tiga bukunya terpilih sebagai buku bacaan pendamping kurikulum di SD dan SMA/SMK dari kemendikbud yaitu berjudul, Telolet, Aku Ingin Sekolah dan Kids Zaman Now. Dia bisa di sapa di pos-el, nitisara_puisi@yahoo.com. Dan di akun medsos pribadinya dengan nama Nana Sastrawan. Atau di situs www.nanasastrawan.com. Karya lainnya seperti film-film pendek dapat ditonton di www.youtube.com.

5871077136017177893