MGt6NGZ6MaVaMqZcMaV6Mat4N6MkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE101

Hidup Kok MuterSih?



“Selamat datang di kereta kok mutersih, tujuan akhir Tanah berantah. Dua gerbong prioritas depan dan belakang dikhususkan untuk penumpang wanita. Dan kami mohon kerja samanya kepada para penumpang untuk memprioritaskan lansia, ibu hamil dan balita untuk duduk di bangku penumpang. Atas kerja samanya, kami ucapkan terimakasih."

            Klik.

“Mmm… tidak ada yang dengar himbauan dari pertugas kereta? Aku ini lansia, umur sudah 60 tahun, masa harus berdiri berdesakan di dalam kereta,” ucap lelaki tua.

            “Aduh… ini bapak-bapak bau asem!” umpat seorang wanita muda.

            “Panas banget sih! Ac-nya nggak jalan nih!” kata seorang ibu yang duduk manis di bangku penumpang.

            “Enak banget jadi perempuan, duduk saja harus diprioritaskan. Mereka nggak mengerti apa, kalau laki-laki itu bekerja seharian untuk menafkahi perempuan, harusnya laki-laki yang diprioitaskan duduk. Badan terasa remuk!” kata seorang lelaki paruh baya sambil terus menggenggam erat tiang pegangan agar tidar oleng dan menubruk penumpang lainnya.

            “Ih! Itu Bapak-bapak malah asyik tidur di bangku, nggak denger himbauan apa? Aku kan perempuan….” ucap seorang remaja perempuan.

            “Masa bodo deh! Pokoknya kalau ada penumpang yang duduk turun, aku serobot aja bangkunya. Capek berdiri berdesakan gini!” umpat seorang pemuda.


"Sederhana tapi ngena"

Share This Article :
Nana Sastrawan

Nana Sastrawan adalah nama pena dari Nana Supriyana, S.Pd tinggal di Tangerang, lahir 27 Juli di Kuningan, Jawa Barat. Menulis sejak sekolah menengah pertama, beberapa karyanya banyak dimuat di berbagai media, tulisan skenarionya telah dan sedang difilmkan. Ia senang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan kebudayaan di Indonesia. Dia juga sering terlihat hadir di berbagai kegiatan komunitas seni dan sastra Internasional, kerap dijumpai juga tengah membaca puisi, pentas teater dan sebagai pembicara seminar. Laki-laki yang berprofesi sebagai pendidik di sekolah swasta ini pernah menjadi peserta MASTERA CERPEN (Majelis Sastra Asia Tenggara) dari Indonesia bersama para penulis dari Malaysia, Brunei, Singapura. Dia juga menerima penghargaan Acarya Sastra IV dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Karya sastranya berupa buku kumpulan puisi adalah Tergantung Di Langit (2006), Nitisara (2008), Kitab Hujan (2010). Beberapa karya sastranya berupa puisi dan cerpen tergabung dalam Menggenggam Cahaya (2009), G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), Penyair Tali Pancing (2010), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kado Sang Terdakwa (2011), Gadis Dalam Cermin (2012), Rindu Ayah (2013), Rindu Ibu (2013). Dan beberapa novelnya adalah Anonymous (2012). Cinta Bukan Permainan (2013). Cinta itu Kamu (2013). Love on the Sky (2013). Kerajaan Hati (2014). Kekasih Impian (2014). Cinta di Usia Muda (2014). Kumpulan Cerpennya, ilusi-delusi (2014), Jari Manis dan Gaun Pengantin di Hari Minggu (2016), Chicken Noodle for Students (2017). Tahun 2017 dan 2018 tiga bukunya terpilih sebagai buku bacaan pendamping kurikulum di SD dan SMA/SMK dari kemendikbud yaitu berjudul, Telolet, Aku Ingin Sekolah dan Kids Zaman Now. Dia bisa di sapa di pos-el, nitisara_puisi@yahoo.com. Dan di akun medsos pribadinya dengan nama Nana Sastrawan. Atau di situs www.nanasastrawan.com. Karya lainnya seperti film-film pendek dapat ditonton di www.youtube.com.

5871077136017177893