MGt6NGZ6MaVaMqZcMaV6Mat4N6MkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE101

Pencarian Dalam Dunia Nyata : Resensi Novel Anonymous



Ini lah novel representasi kehidupan keras di sekeliling kita yang seringkali luput dari perhatian. Sebuah novel yang dibangun dari antologi puisi Ibuku Seorang Gila ini kaya akan sentilan (kiritisi) untuk dunia, yang dikemas secara lembut nan bermakna. Keliaran imaji, diksi dan alur yang sulit diterka membuat novel ini memiliki keunikan tersendiri. Nana sang novelis muda ini, menyajikannya dengan anggun-mengalun, merayap dan tiba-tiba menjerat dengan kemampuan bersastra yang sungguh teruji. Ia mengenalkan sang tokoh sebagai manusia yang tak tahu jati diri, manusia yang bingung siapa dirinya, manusia yang ingin mengetahui makna keberadaannya. Nana menggagas ceritanya di sepanjang koridor „aku‟ dan „ibu‟, tetapi di dalamnya Nana memberikan keluasan ruang pikir bagi pembacanya untuk menggagas multitafsir, dan ini lah novel fiksi-realistis yang 
 membingkai dinamika kehidupan masyarakat kita.

Siapa yang tahu kapan dan di mana ide kreatif itu muncul. Mungkin saat kita berdiam diri, saat kita dalam keramaian, atau bahkan mungkin saat kita sedang melihat orang gila. Ya, pada saat itulah Nana mulai berpetualang, imajinasinya terus menelusup sampai ke sudut-sudut kehidupan, hingga lahirlah Anonymous. Pria kelahiran Kuningan 27 Juli ini mulai menulis sejak sekolah menengah pertama, sehingga telah cukup banyak karya yang terlahir dari petualangan imajinasinya tersebut. G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), dan Kado Sang Terdakwa (2011) merupakan segelintir karyanya yang bukan hanya telah berhasil memuaskan dahaga penghiburan semata, namun juga menyampaikan pesan dan makna mendalam. Konsentrasi dalam penelusuran makna dan maksud cerita lah yang membuat karya - karyanya semakin memukau, termasuk novel Anonymous ini.

Kekacauan lah yang mengawali kisah ini. Kekacauan kehidupan sang tokoh (Puisi) menghantarkannya dalam menemukan makna kehidupan. Keluarganya yang begitu berantakan membuatnya ingin terlepas dan berkelana menuju dunia luar. Tak perlu pemberontakan dari dirinya, keadaan lah yang mengantarkannya mengenal liku dunia. Waktu jua lah yang mengenalkannya akan jati diri, memberi tahu apa dan siapa dirinya. Perjalanan itu membuat dirinya dapat kembali bertemu dengan sang kakak yang “nakal” serta sang ayah yang gila termakan waktu, telah lama mereka meninggalkan dirinya dan sang ibu, dan kini walau hanya sesaat dan akhirnya harus berpisah kembali pertemuan itu memberinya makna.

Begitu banyak tempat , kondisi dan orang –orang asing yang ia temui. Begitu banyak kejadian yang membuatnya hanya bisa menggeleng, namun banyak pula kejadian yang membuat hati dan pikirnya tergelitik, hingga ia terlibat di dalamnya. Jalannya memang panjang, penuh liku dan persimpangan. Ini tentang dirinya yang sedang melangkah di jalan yang dikelilingi gedung-gedung tinggi dengan nama-nama asing, yang membentuk keseragaman.Tujunya hanya satu, bertemu kembali dengan sang ibu yang meninggalkannya saat ia terlelap dipangkuannya. Perpisahan tanpa sadar itu membuat dirinya tak tahu bagimana berpikir untuk melangkah, hingga membuatnya tersesat dalam pencarian.

Resensi lengkapnya bisa dilihat di link berikut ini : Nabila Fikri Syabila 


Share This Article :
Nana Sastrawan

Nana Sastrawan adalah nama pena dari Nana Supriyana, S.Pd tinggal di Tangerang, lahir 27 Juli di Kuningan, Jawa Barat. Menulis sejak sekolah menengah pertama, beberapa karyanya banyak dimuat di berbagai media, tulisan skenarionya telah dan sedang difilmkan. Ia senang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan kebudayaan di Indonesia. Dia juga sering terlihat hadir di berbagai kegiatan komunitas seni dan sastra Internasional, kerap dijumpai juga tengah membaca puisi, pentas teater dan sebagai pembicara seminar. Laki-laki yang berprofesi sebagai pendidik di sekolah swasta ini pernah menjadi peserta MASTERA CERPEN (Majelis Sastra Asia Tenggara) dari Indonesia bersama para penulis dari Malaysia, Brunei, Singapura. Dia juga menerima penghargaan Acarya Sastra IV dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Karya sastranya berupa buku kumpulan puisi adalah Tergantung Di Langit (2006), Nitisara (2008), Kitab Hujan (2010). Beberapa karya sastranya berupa puisi dan cerpen tergabung dalam Menggenggam Cahaya (2009), G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), Penyair Tali Pancing (2010), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kado Sang Terdakwa (2011), Gadis Dalam Cermin (2012), Rindu Ayah (2013), Rindu Ibu (2013). Dan beberapa novelnya adalah Anonymous (2012). Cinta Bukan Permainan (2013). Cinta itu Kamu (2013). Love on the Sky (2013). Kerajaan Hati (2014). Kekasih Impian (2014). Cinta di Usia Muda (2014). Kumpulan Cerpennya, ilusi-delusi (2014), Jari Manis dan Gaun Pengantin di Hari Minggu (2016), Chicken Noodle for Students (2017). Tahun 2017 dan 2018 tiga bukunya terpilih sebagai buku bacaan pendamping kurikulum di SD dan SMA/SMK dari kemendikbud yaitu berjudul, Telolet, Aku Ingin Sekolah dan Kids Zaman Now. Dia bisa di sapa di pos-el, nitisara_puisi@yahoo.com. Dan di akun medsos pribadinya dengan nama Nana Sastrawan. Atau di situs www.nanasastrawan.com. Karya lainnya seperti film-film pendek dapat ditonton di www.youtube.com.

5871077136017177893