Jujun dan
Gilang semakin merasakan ketidaknyamanan mengisi hari-hari dengan predikat
Jomblo Ngenes. Mereka ingin merasakan bahagia seperti anak-anak remaja
kebanyakan. Namun bukan berarti mereka belum pernah punya pacar. Sebelumnya,
Gilang memiliki pacar yang kini menjadi mantan, dan saking sayangnya Gilang
kepada mantannya yang bernama Riska, dia menyebutnya mantan terindah.
Mantan terindah
Jujun
penasaran mengapa Riska menjadi mantan terindah bagi Gilang. Lalu, Gilang
bercerita dari awal pertemuan hingga mereka gubaran. Jujun semakin antusias
akan kisah percintaan sahabatnya itu, dia sendiri memang memiliki seorang
mantan yang tak bisa dilupakan, dia sangat ingin mantannya itu kembali ke dalam
hatinya.
Curhat
Gilang
mulai menebak bahwa Sisil Pricillia adalah mantan terindah Jujun, tetapi Gilang
yakin bahwa Jujun tak mungkin dapat melupakan mantannya itu dengan mudah,
apalagi sekarang mereka sudah satu sekolah, setiap hari bertemu pasti memiliki
rasa ingin kembali lagi. Disaat hati Jujun mulai teringat akan masa-masa dulu
sebelum jomblo. Dia melihat Sisil bersama Erik di koridor sekolah, hatinya
mulai cemburu.
Cemburu
Jujun
bertemu dengan Sisil, dia meminta waktu untuk sebuah pertemuan. Awalnya Sisil
menolak, apalagi terlihat Jujun sangat memaksa untuk mengetahui ada hubungan
apa antara dirinya dengan Erik. Namun, Jujun terus memintanya untuk melakukan
pertemuan dan membicarakan hal yang penting. Akhirnya, sepulang sekolah mereka
bertemu di taman. Keduanya terlihat canggung seolah masih menyimpan perasaan
masing-masing.
Bertanya-tanya
Lalu, bagaimanakah kisah selanjutnya, akankah Jujun dan Sisil
kembali bersatu dan mengakui bahwa mereka adalah mantan terindah yang tak bisa
dilupakan satu dengan yang lainnya? Tonton episode terakhir dari film Kisah
Cinta Jujun di Sekolah ini yang sahabat! Sampai jumpa di film-film karya Nana
Sastrawan berikutnya, bye…
Seri terbaru dari film pendek Cinta Jujun di Sekolah, episode Mantan Terindah. Simak videonya berikut ini :
Nana Sastrawan adalah nama pena dari Nana Supriyana, S.Pd tinggal di Tangerang, lahir 27 Juli di Kuningan, Jawa Barat. Menulis sejak sekolah menengah pertama, beberapa karyanya banyak dimuat di berbagai media, tulisan skenarionya telah dan sedang difilmkan. Ia senang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan kebudayaan di Indonesia. Dia juga sering terlihat hadir di berbagai kegiatan komunitas seni dan sastra Internasional, kerap dijumpai juga tengah membaca puisi, pentas teater dan sebagai pembicara seminar. Laki-laki yang berprofesi sebagai pendidik di sekolah swasta ini pernah menjadi peserta MASTERA CERPEN (Majelis Sastra Asia Tenggara) dari Indonesia bersama para penulis dari Malaysia, Brunei, Singapura. Dia juga menerima penghargaan Acarya Sastra IV dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Karya sastranya berupa buku kumpulan puisi adalah Tergantung Di Langit (2006), Nitisara (2008), Kitab Hujan (2010). Beberapa karya sastranya berupa puisi dan cerpen tergabung dalam Menggenggam Cahaya (2009), G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), Penyair Tali Pancing (2010), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kado Sang Terdakwa (2011), Gadis Dalam Cermin (2012), Rindu Ayah (2013), Rindu Ibu (2013). Dan beberapa novelnya adalah Anonymous (2012). Cinta Bukan Permainan (2013). Cinta itu Kamu (2013). Love on the Sky (2013). Kerajaan Hati (2014). Kekasih Impian (2014). Cinta di Usia Muda (2014). Kumpulan Cerpennya, ilusi-delusi (2014), Jari Manis dan Gaun Pengantin di Hari Minggu (2016), Chicken Noodle for Students (2017). Tahun 2017 dan 2018 tiga bukunya terpilih sebagai buku bacaan pendamping kurikulum di SD dan SMA/SMK dari kemendikbud yaitu berjudul, Telolet, Aku Ingin Sekolah dan Kids Zaman Now. Dia bisa di sapa di pos-el, nitisara_puisi@yahoo.com. Dan di akun medsos pribadinya dengan nama Nana Sastrawan. Atau di situs www.nanasastrawan.com. Karya lainnya seperti film-film pendek dapat ditonton di www.youtube.com.
comment 0 komentar
more_vert