Cinta memang selalu membawa perasaan kepada hal-hal
yang bahagia, sedih atau cemas. Cinta juga terkadang membuat diri ini ingin
sendiri lalu menyendiri. Jujun, ingin merasakan rasa-rasa itu dalam hatinya.
Dia merasa ada harapan untuk mendapatkan cinta yang sesungguhnya, apalagi Sisil
Pricilia yang selama ini diharapkan untuk mengisi hari-harinya di sekolah
memberikan tanda-tanda ingin semakin mengenalnya lebih jauh. Mereka bertemu di
warung bakso, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Jujun untuk mengetahui
apakah Sisil memang menyukainya lagi atau tidak.
PDKT lagi
Sementara itu, Gilang sahabat Jujun mulai sibuk dengan
kesukaan barunya yaitu membuat cerpen dan dipajang di mading sekolah. Ridha,
teman perempuan satu sekolah dengan Gilang yang memiliki kegemaran yang sama
tertarik dengan karya-karya Gilang, dia mencoba mendekati Gilang. Melihat
Ridha, Gilang merasa bahwa Ridha adalah perempuan yang ditakdirkan untuk
dirinya. Gilang merasa bahwa Ridha mendekati dirinya ada maksud lain,
mungkinkah Ridha memang menyukai Gilang?
Ridha
Jujun dan Gilang semakin merasa bahwa dirinya yang
telah lama jomblo akan mendapatkan kekasih yang sempurna. Mereka terbuai dengan
perasaan masing-masing, selain itu tugas-tugas sekolah semakin banyak dan
mereka juga mesti mendapatkan nilai-nilai yang bagus demi tanggung jawabnya
sebagai pelajar. Kegelisahan mereka akan cinta, membuat mereka semakin sadar
bahwa Sisil dan Ridha telah memberikan tanda yang diyakini kuat bahwa keduanya
memang menyukai mereka.
Perasaan itu yang membuat mereka memberikan diri untuk
menyatakan cintanya. Akan tetapi, ada yang lain dari keseharian Sisil, dia
terlihat dekat dengan Andika. Dan Ridha semakin berubah, terasa menjauh juga
kepada Gilang. Lalu, bagaimanakah kisah dua sahabat yang tengah mencari cinta
sejati itu? Apakah mereka memang bisa meluluhkan hati Sisil dan Ridha atau
sebaliknya?
Tonton karya anak-anak remaja Indonesia ini yang kreatif dengan
segala keterbatasan yang ada.
Nana Sastrawan adalah nama pena dari Nana Supriyana, S.Pd tinggal di Tangerang, lahir 27 Juli di Kuningan, Jawa Barat. Menulis sejak sekolah menengah pertama, beberapa karyanya banyak dimuat di berbagai media, tulisan skenarionya telah dan sedang difilmkan. Ia senang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan kebudayaan di Indonesia. Dia juga sering terlihat hadir di berbagai kegiatan komunitas seni dan sastra Internasional, kerap dijumpai juga tengah membaca puisi, pentas teater dan sebagai pembicara seminar. Laki-laki yang berprofesi sebagai pendidik di sekolah swasta ini pernah menjadi peserta MASTERA CERPEN (Majelis Sastra Asia Tenggara) dari Indonesia bersama para penulis dari Malaysia, Brunei, Singapura. Dia juga menerima penghargaan Acarya Sastra IV dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Karya sastranya berupa buku kumpulan puisi adalah Tergantung Di Langit (2006), Nitisara (2008), Kitab Hujan (2010). Beberapa karya sastranya berupa puisi dan cerpen tergabung dalam Menggenggam Cahaya (2009), G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), Penyair Tali Pancing (2010), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kado Sang Terdakwa (2011), Gadis Dalam Cermin (2012), Rindu Ayah (2013), Rindu Ibu (2013). Dan beberapa novelnya adalah Anonymous (2012). Cinta Bukan Permainan (2013). Cinta itu Kamu (2013). Love on the Sky (2013). Kerajaan Hati (2014). Kekasih Impian (2014). Cinta di Usia Muda (2014). Kumpulan Cerpennya, ilusi-delusi (2014), Jari Manis dan Gaun Pengantin di Hari Minggu (2016), Chicken Noodle for Students (2017). Tahun 2017 dan 2018 tiga bukunya terpilih sebagai buku bacaan pendamping kurikulum di SD dan SMA/SMK dari kemendikbud yaitu berjudul, Telolet, Aku Ingin Sekolah dan Kids Zaman Now. Dia bisa di sapa di pos-el, nitisara_puisi@yahoo.com. Dan di akun medsos pribadinya dengan nama Nana Sastrawan. Atau di situs www.nanasastrawan.com. Karya lainnya seperti film-film pendek dapat ditonton di www.youtube.com.
comment 1 komentar
more_vertNicee blog thanks for posting
May 25, 2023 at 3:50 PM