MGt6NGZ6MaVaMqZcMaV6Mat4N6MkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE101

Nana Sastrawan di STKIP Kusuma Negara Jakarta



Proses kreatif menulis adalah rangkaian kegiatan menulis untuk menghasilkan atau menciptakan karya, khususnya karya sastra seperti novel, cerita pendek, puisi dan drama yang baru dan orisinil. Kegiatan menulis fiksi ini seharusnya dipelajari di kampus-kampus sebagai daya dukung dibidang akademisi untuk mahasiswa. Mengapa menulis begitu penting bagi mahasiswa? Lalu, apakah menulis fiksi memberikan manfaat bagi mahasiswa? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul dalam pikiran kita semua, khususnya mahasiswa. Sebab, dalam kegiatan pembelajaran di kampus, mahasiswa sudah terbebani dengan berbagai tugas dari para dosen, atau memiliki banyak kegiatan lainnya yang menyita waktu mereka.

Pada hari Sabtu, 7 April 2018. Nana Sastrawan diberikan kesempatan untuk berbincang santai dalam proses kreatif penulisan fiksi, atau lebih sering dikenal istilahnya ‘creative writing’ di STKIP Kusuma Negara Jakarta yang banyak menciptakan lulusan-lulusan calon guru untuk mengajar di sekolah-sekolah di Indonesia. Dalam kesempatan itu, Nana Sastrawan tidak hanya membicarakan bahwa kerja menulis karya sastra adalah sebagai bentuk ekspresi jiwa, tetapi karya sastra menjadi bagian penunjang nilai-nilai akademik, alat pembelajaran dan metode dalam pengajaran.

“Seorang mahasiswa mesti menjadikan proses menulis adalah kebutuhan, bukan sekadar minat, atau kerja iseng semata. Menulis adalah kerja Intelektual!” ucap Nana Sastrawan.

Nana Sastrawan juga mengusulkan kepada pihak kampus untuk membuat SKS tersendiri dalam ‘Creative Writing’ agar mahasiswa-mahasiswa semakin bisa meningkatkan kualitas kognitif dan afektifnya, sebab semakin terbiasa mereka menulis maka kemampuan berpikir dan emosinya semakin baik sehingga mereka juga bisa menghasilkan skripsi-skripsi yang berkualitas. Mahasiswa yang menulis, pasti mereka akan membaca. Itulah mengapa menulis sangat penting untuk mahasiswa.


Pendekatan menulis fiksi bagi mahasiswa adalah sebuah metode awal untuk mereka agar dapat masuk ke dalam dunia menulis ilmiah yang sebenarnya. Menulis fiksi, tidak hanya mengandalkan perasaan atau pengalaman pribadi semata. Menulis fiksi dibutuhkan riset sederhana untuk menggambarkan suasana, peristiwa penting dan gejala sosial yang ada dalam cerita utuh. Dari menulis fiksi, cerpen misalkan, mahasiswa akan terangsang untuk membuat artikel, esai, resensi dan karya lainnya yang bersifat akademis. Inilah yang pada akhirnya bermanfaat untuk mahasiswa dalam kehidupan mereka setelah lulus, atau paling tidak, mereka mulai betah berlama-lama di depan komputer untuk menyelesaikan skripsi karena sudah terbiasa menulis.

“Setiap orang disarankan untuk kreatif, dan kreatif tidak harus mahal. Menulis adalah kreativitas yang di dalamnya tersimpan banyak gagasan-gagasan. Makna tersirat yang dihadirkan tanpa harus memaksakan kehendak. Menghadirkan gagasan tidak harus membayarnya dengan harga tinggi, atau seperti beli baju di Mall. Gagasan adanya di dalam diri sendiri, menulislah sekarang juga!”
Klik di sini untuk menyaksikan kegiatan yang berlangsung!


Selepas sesi tanya-jawab, acara ditutup dengan pembacaan puisi lalu dilanjutkan pemberian piagam penghargaan kepada Nana Sastrawan dari pihak kampus yang diberikan oleh Dr. Siti Yulidhar Harunasari, M.Pd dan Nana Sastrawan pun memberikan hadiah buku-buku karyanya kepada beliau.


Share This Article :
Nana Sastrawan

Nana Sastrawan adalah nama pena dari Nana Supriyana, S.Pd tinggal di Tangerang, lahir 27 Juli di Kuningan, Jawa Barat. Menulis sejak sekolah menengah pertama, beberapa karyanya banyak dimuat di berbagai media, tulisan skenarionya telah dan sedang difilmkan. Ia senang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan kebudayaan di Indonesia. Dia juga sering terlihat hadir di berbagai kegiatan komunitas seni dan sastra Internasional, kerap dijumpai juga tengah membaca puisi, pentas teater dan sebagai pembicara seminar. Laki-laki yang berprofesi sebagai pendidik di sekolah swasta ini pernah menjadi peserta MASTERA CERPEN (Majelis Sastra Asia Tenggara) dari Indonesia bersama para penulis dari Malaysia, Brunei, Singapura. Dia juga menerima penghargaan Acarya Sastra IV dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Karya sastranya berupa buku kumpulan puisi adalah Tergantung Di Langit (2006), Nitisara (2008), Kitab Hujan (2010). Beberapa karya sastranya berupa puisi dan cerpen tergabung dalam Menggenggam Cahaya (2009), G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), Penyair Tali Pancing (2010), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kado Sang Terdakwa (2011), Gadis Dalam Cermin (2012), Rindu Ayah (2013), Rindu Ibu (2013). Dan beberapa novelnya adalah Anonymous (2012). Cinta Bukan Permainan (2013). Cinta itu Kamu (2013). Love on the Sky (2013). Kerajaan Hati (2014). Kekasih Impian (2014). Cinta di Usia Muda (2014). Kumpulan Cerpennya, ilusi-delusi (2014), Jari Manis dan Gaun Pengantin di Hari Minggu (2016), Chicken Noodle for Students (2017). Tahun 2017 dan 2018 tiga bukunya terpilih sebagai buku bacaan pendamping kurikulum di SD dan SMA/SMK dari kemendikbud yaitu berjudul, Telolet, Aku Ingin Sekolah dan Kids Zaman Now. Dia bisa di sapa di pos-el, nitisara_puisi@yahoo.com. Dan di akun medsos pribadinya dengan nama Nana Sastrawan. Atau di situs www.nanasastrawan.com. Karya lainnya seperti film-film pendek dapat ditonton di www.youtube.com.

5871077136017177893