MGt6NGZ6MaVaMqZcMaV6Mat4N6MkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE101

Cerpen Renungan

Seekor Keledai dan Luka
Oleh Nana Sastrawan

AKU tak pernah tahu kapan masa lalu itu selalu membayangi setiap langkahku. Sampai tangan ini menuliskan kata-kata luka di kertas-kertas putih yang sudah lama tak pernah aku pakai di dalam tas rangselku. Pada awalnya aku ragu untuk menuliskannya, sebab luka itu teramat pedih jika harus aku tuliskan, menjadi puisi, cerita pendek atau novel. Sangat teramat pedih, hingga kamu juga pasti akan menangis jika membacanya.
          
Tetapi aku berani mulai menuliskanya,
           

Luka. Inilah yang memecahkan hati hingga berkeping-keping.
Mencucurkan air mata di setiap waktu.
Seolah hidup sudah sangat dekat dengan akhir.

Untuk apa luka itu datang dan menjebakku? Aku tak pernah berharap wajahku yang selalu berseri-seri menjadi murung dan gelisah, tubuhku yang segar menjadi kurus dan kering, jari-jariku yang lentik menjadi hitam dan kotor, mataku yang indah menjadi redup. Hitam, sesungguhnya aku tak ingin menjadi gelap.
Lalu, air mata terasa pedih di kelopak mata.

Kenang. Tiada berdaya detak jantung menghentikan.
Sangat halus menyerap dan menjadikan boneka.
Mudah dikendalikan.

Perasaan ini dihidupkan olehnya, dibuat seolah aku harus membutuhkan luka,untuk sebuah senyuman? Aku tak pernah tahu, sebab sesuatu yang di depan tidakmudah diketahui, walau sedemikian kuat aku melawan luka. Menikmati luka sama dengan menjerumuskan diri kedalam jurang kesunyian, namun apa mungkin aku dapat membuat ramai di tengah kesunyian?

Diantara keduanya, ada jalan cahaya, katamu.

Pintu kamar hotel diketuk, aku terperanjat lalu membukanya. Suci berdiri dihadapanku.

“Kamu masih menangis?”

Segera kuhapus air mata.

“Dasar keledai!”

Suci masuk, kemudian meletakan lukanya di atas kertas-kertas putih milikku,lalu memeluk tubuhku.
Share This Article :
Nana Sastrawan

Nana Sastrawan adalah nama pena dari Nana Supriyana, S.Pd tinggal di Tangerang, lahir 27 Juli di Kuningan, Jawa Barat. Menulis sejak sekolah menengah pertama, beberapa karyanya banyak dimuat di berbagai media, tulisan skenarionya telah dan sedang difilmkan. Ia senang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan kebudayaan di Indonesia. Dia juga sering terlihat hadir di berbagai kegiatan komunitas seni dan sastra Internasional, kerap dijumpai juga tengah membaca puisi, pentas teater dan sebagai pembicara seminar. Laki-laki yang berprofesi sebagai pendidik di sekolah swasta ini pernah menjadi peserta MASTERA CERPEN (Majelis Sastra Asia Tenggara) dari Indonesia bersama para penulis dari Malaysia, Brunei, Singapura. Dia juga menerima penghargaan Acarya Sastra IV dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Karya sastranya berupa buku kumpulan puisi adalah Tergantung Di Langit (2006), Nitisara (2008), Kitab Hujan (2010). Beberapa karya sastranya berupa puisi dan cerpen tergabung dalam Menggenggam Cahaya (2009), G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), Penyair Tali Pancing (2010), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kado Sang Terdakwa (2011), Gadis Dalam Cermin (2012), Rindu Ayah (2013), Rindu Ibu (2013). Dan beberapa novelnya adalah Anonymous (2012). Cinta Bukan Permainan (2013). Cinta itu Kamu (2013). Love on the Sky (2013). Kerajaan Hati (2014). Kekasih Impian (2014). Cinta di Usia Muda (2014). Kumpulan Cerpennya, ilusi-delusi (2014), Jari Manis dan Gaun Pengantin di Hari Minggu (2016), Chicken Noodle for Students (2017). Tahun 2017 dan 2018 tiga bukunya terpilih sebagai buku bacaan pendamping kurikulum di SD dan SMA/SMK dari kemendikbud yaitu berjudul, Telolet, Aku Ingin Sekolah dan Kids Zaman Now. Dia bisa di sapa di pos-el, nitisara_puisi@yahoo.com. Dan di akun medsos pribadinya dengan nama Nana Sastrawan. Atau di situs www.nanasastrawan.com. Karya lainnya seperti film-film pendek dapat ditonton di www.youtube.com.

5871077136017177893