MGt6NGZ6MaVaMqZcMaV6Mat4N6MkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE101

Kepada Republik




Di tengah malam yang dingin, angin menyusupkan kenangan kepada kita yang saling memandang air mata di pipi, seperti sepi yang selalu sendiri dalam rindu. Di kota kita menjadi jalanan yang berisik, kotor oleh sampah dan gelandangan. Di desa kita menjadi umbi diparut kelapa, disandingkan dengan secangkir kopi dengan perasaan yang rawan. Di dalam gedung tinggi, kita menjadi korupsi.

Daun-daun terisik dan bayangan malam melangkah dari kegelapan. Kunang-kunang berterbangan hinggap pada kelam. Bulan bugil sendiri, kita pulang pada cahaya menghindar dari ancaman, meski kesadaran telah lama ditinggalkan. Kita adalah negeri yang bermimpi. Memiliki kegemaran purba, saling menyerang dan mengadu domba, senang berjudi dalam sembunyi seperti Sengkuni. Kita adalah negeri yang ditinggalkan oleh musim hujan.

Kebenaran terkucil seperti pulau-pulau terpencil, kesepian. Republik yang dibakar oleh janji politisi, Ilmu pengetahuan yang menghasilkan kemiskinan, perang antar saudara dan agama atas nama keberagaman, cinta diperkosa nafsu, semuanya tercatat dalam koran pagi, tersiar di televisi, seolah warna lokal kita adalah kerusuhan.

Di sana, sebentar lagi akan terjadi gempa susulan, lumpur-lumpur meluap, menjadi lautan hitam, seperti dosa-dosa para pembesar kita. Ah, republik!

2016



Puisi ini telah dimuat di buku kumpulan puisi Munsi yang diterbitkan oleh Badan Bahasa
Share This Article :
Nana Sastrawan

Nana Sastrawan adalah nama pena dari Nana Supriyana, S.Pd tinggal di Tangerang, lahir 27 Juli di Kuningan, Jawa Barat. Menulis sejak sekolah menengah pertama, beberapa karyanya banyak dimuat di berbagai media, tulisan skenarionya telah dan sedang difilmkan. Ia senang bergerak dibidang pendidikan, sosial dan kebudayaan di Indonesia. Dia juga sering terlihat hadir di berbagai kegiatan komunitas seni dan sastra Internasional, kerap dijumpai juga tengah membaca puisi, pentas teater dan sebagai pembicara seminar. Laki-laki yang berprofesi sebagai pendidik di sekolah swasta ini pernah menjadi peserta MASTERA CERPEN (Majelis Sastra Asia Tenggara) dari Indonesia bersama para penulis dari Malaysia, Brunei, Singapura. Dia juga menerima penghargaan Acarya Sastra IV dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Karya sastranya berupa buku kumpulan puisi adalah Tergantung Di Langit (2006), Nitisara (2008), Kitab Hujan (2010). Beberapa karya sastranya berupa puisi dan cerpen tergabung dalam Menggenggam Cahaya (2009), G 30 S (2009), Empat Amanat Hujan (2010), Penyair Tali Pancing (2010), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kado Sang Terdakwa (2011), Gadis Dalam Cermin (2012), Rindu Ayah (2013), Rindu Ibu (2013). Dan beberapa novelnya adalah Anonymous (2012). Cinta Bukan Permainan (2013). Cinta itu Kamu (2013). Love on the Sky (2013). Kerajaan Hati (2014). Kekasih Impian (2014). Cinta di Usia Muda (2014). Kumpulan Cerpennya, ilusi-delusi (2014), Jari Manis dan Gaun Pengantin di Hari Minggu (2016), Chicken Noodle for Students (2017). Tahun 2017 dan 2018 tiga bukunya terpilih sebagai buku bacaan pendamping kurikulum di SD dan SMA/SMK dari kemendikbud yaitu berjudul, Telolet, Aku Ingin Sekolah dan Kids Zaman Now. Dia bisa di sapa di pos-el, nitisara_puisi@yahoo.com. Dan di akun medsos pribadinya dengan nama Nana Sastrawan. Atau di situs www.nanasastrawan.com. Karya lainnya seperti film-film pendek dapat ditonton di www.youtube.com.

5871077136017177893